Kata-kata eksotis diatas adalah kuncinya. Meski mereka secara harfiah terkubur atau terlupakan oleh pemiliknya, namun nilai mobil tersebut tetap tinggi. Dan bagaimana kisah dibalik mobil-mobi ini, serta cerita penemuannya, sangat menarik untuk diikuti.
Inilah Kisah Mobil Bersejarah Yang Pernah Ada

M3 E30 adalah sedan sport BMW yang performa dan pengendaliannya banyak diacungi jempol. Mobil yang hadir antara tahun 1985-1992 ini menjadi benchmark mereka yang ingin memproduksi mobil serupa.
Penemuan berikutnya adalah sebuah Mercedes-Benz 190E 2.5 Cosworth. Mobil ini berbeda dengan versi 190E (baby benz) standar. Mesinnya menghasilkan tenaga hingga 200 hp, dan menjadi pesaing langsung BMW M3 Evolution. Tidak dijelaskan seperti apa kondisi detilnya, namun mobil ini sudah bertahun-tahun tidak bergerak dari garasi tempatnya ‘istirahat’.
Menurut situs Jalopnik, pembeli keempat mobil tersebut mengirimkan sepasang BMW tadi untuk melakukan perbaikan karena sudah lama tidak dihidupkan. Sementara 190E Evolution serta RS200, tidak diketahui kabarnya.

“Tumpukan itu harus keluar,” begitu kira-kira perkataan sang penjual ketika ditemui. Apa yang ditunjuknya adalah tumpukan panel body berbahan plastik, yang teronggok disamping mesin cuci tua, di pojokan gudang. Marc kemudian membayar 2.000 Euro untuk benda itu. Hingga saat itu, ia belum sadar bahwa dirinya membawa pulang harta karun warisan sejarah.
Ia menyadari apa yang ia bayarkan setelah mulai membersihkan panel-panel itu, dan menemukan warna aslinya mulai terlihat. Beberapa hari kemudian, setelah berjam-jam meminta tolong kepada mesin pencari Google, ia terhenyak. Dirinya baru saja menemukan body asli BMW M1 yang turun balapan di LeMans dengan nomor start 82. Mobil ini adalah buatan M Division, yang kemudian ditingkatkan performanya oleh March Engineering. BMW yang mengetahui penemuan ini, menawarkan bantuan kepadanya, untuk membangun ulang M1 tersebut.

Kokotas yang juga doyan mobil, diberikan hadiah sebuah Lamborghini Miura S bermesin V12 oleh Onassis, hanya karena orang kaya itu suka dengan hasil karyanya. Sang Miura pun menjadi tunggangan kebanggaan Kokotas, dan sering dipacu mendekati batas kemampuannya. Hingga suatu waktu, Miura ini menyerah dan mengalami kerusakan mesin.
Singkat kata, mesin V12 kemudian dikirmkan ke pabrik Lamborghini di Sant’Agata, Italia, dan mobilnya diparkirkan di basement Hotel Hilton Athens. Kokotas entah kenapa kemudian kehilangan minat atas mobil itu. Walhasil, mesinnya didiamkan di Sant’Agata, dan mobilnya pun terlupakan di tempat parkir hotel selama bertahun-tahun.
Saat olimpiade diadakan di Athena, Hilton yang harus melakukan renovasi akhirnya memindahkan mobil tersebut ke tempat lain, bersebelahan dengan Mercedes 300SL Gullwing, yang kondisinya tidak jauh berbeda. Tahun 2012, Miura yang memiliki beberapa fitur opsional yang langka ini dicoba untuk dilelang. Sayang, penawar tertinggi hanya mencapai US $483.120 (!) dan tidak cukup untuk mencapai batas minimal.

Di penghujng tahun 1962, mobil ini diboyong ke Amerika Serikat dan turun balapan di Nassau, Bahama, serta Sebring, bersama Innes Ireland sebagai pembalapnya. Usai dua musim balap, kisah sedihnya dimulai. Tom O’Connor, pemilik setelahnya mendonasikan mobil ini untuk sebuah sekolah di Texas dan masih sering terlihat ikut beberapa event parade. Tahun 1972, mobil ini terjual seharga US $ 6.500 kepada pria bernama Joe Korton. Di tangannya, 250 GTO ditelantarkan begitu saja di halaman rumah selama bertahun-tahun.
Para penggemar Ferrari yang iba, dan tahu apa arti sebuah 250 GTO mencoba membujuknya untuk merawat mobil ini, atau menjualnya sekalian. Innes Ireland, yang pernah mengemudikannya tidak kurang geram dan datang ke kediaman Korton untuk mencoba membujuknya pada tahun 1982. Namun Korton bersikukuh untuk menyimpan mobil ini apa adanya. Catnya memudar, velg dan dashboard hilang, namun kaca, stir, hingga instrument cluster orisinil masih bertahan di mobil yang konon pernah dijadikan mainan oleh anak-anak setempat ini.
Untungnya, Frank Gallogy, berhasil membujuk Korton untuk menjualnya. Gallogy lantas memperbaikinya sedikit, dan menjual kepada seorang kolektor Ferrari asal Swiss, yang merawat mobil ini dengan sepenuh hati hingga sekarang.

Namun ada satu yang memiliki kisah sedih. Seorang tentara Amerika Serikat yang ditempatkan di Jerman pada tahun 1950 melihat 166MM di sebuah showroom mobil bekas di Jerman. Ia lantas menghubungi kawannya yang bernama Reg Lee Litton di Arizona. Litton yang rupanya paham soal Ferrari meminta kawannya ini untuk membelikan mobil tersebut, dan mengirimkannya ke Amerika.
Setelah mobil diambil di Long Beach, Amerika Serikat, Litton mengendarainya pulang ke Arizona. Di sana ia bersama teman-temannya yang menggemari mobil sering mengadakan balapan di jalanan, atau sekedar kumpul-kumpul dan membicarakan soal mobil. Hingga suatu ketika, 166MM-nya mogok. Litton mendiamkan mobil ini di pekarangan rumah. Dan mobil itu tidak pernah bergerak hingga Litton meninggal dunia.
Putranya kemudian menyebarkan informasi mengenai mobil historis ini kepada penggemar Ferrari. Seorang ahli sejarah Ferrari kemudian memberitahukan hal tersebut kepada kolektor Ferrari bernama Manny Del Arroz. US $1 juta kemudian, mobil ini berpindah tangan.
Kisah selanjutnya tidak kalah mengejutkan. Arroz yang menggali informasi soal mobil yang baru saja ditebusnya. Dengan membandingkan foto mobilnya dengan foto sejarah Ferrari, ia lantas menyadari bahwa mobil ini pernah balap di Silverstone, Targa Fiorio, LeMans, dan sebagainya. Lebih mengejutkan lagi, saat membongkar mesin (bodi dibiarkan dalam kondisi seorisinil mungkin, termasuk membiarkan debu yang menempel), ia menemukan tulisan tangan “6/9/49”.
Terhenyak, ia menyadari betapa mobil ini adalah sebuah harta karun. Kenapa? Karena pengemudinya adalah Juan Manuel Fangio, sang pembalap legendaris